Konon, ada anggapan bahwa bangsa Yunani menyalin legenda tentang Atlas dan Atlantis dari bangsa India kuno tentang Atalas (Shiva) dan tentang Atala, Paradis yang tenggelam dalam tradisi Hindu. Sebagaimana dalam tradisi-tradisi Yunani, Atalas – yang namanya dalam bahasa Sansekerta dan berarti “Pilar” – dianggap menjadi “Pilar Dunia”, sebagaimana Atlas dalam Yunani. Atala adalah, seperti Atlantis, sebuah benua yang tenggelam yang akibat sebuah bencana alam yang menakutkan, yang bertempat di Samudera Luar. Karena legenda Yunani itu berasal dari Hindu, dan dibawah ke wilayah mereka secara sederhana ketika Bangsa Yunani berpindah ke tempat di mana saat ini mereka berada, malas untuk menyelidiki Atlantis di samudera yang sekarang dikenal sebagai Atlantik. Namun demikian, kita harus mencari Atlantis di samudera yang orang Hindu menyebutnya “Samuderanya Bangsa Atlantis” atau “Samudera Barat”, dan yang tidak lain adalah Samudera India.
Lukisan batu yang unik menggambarkan makhluk menggunakan helm. |
Bangsa India memiliki banyak tradisi tentang sebuah benua yang tenggelam yang merupakan wilayah surga di mana manusia dan kebudayaan pertama kali berasal. Misalnya Tripura (Kota Triple). Ketika kita mengingat kenyataan bahwa Atlantis adalah, seperti Tripura, sebuah Kota Triple dengan dinding-dinding logam dan istana-istana emas, kita tidak dapat berkesimpulan bahwa dua tradisi itu, jika benar-benar berasal atas kenyataan yang sebenarnya, merujuk pada hal yang sama dan satu. Terlebih lagi, sebagaimana terjadi dengan Atlantis, penduduk Tripura asalnya sangat taat. Tapi, dengan perjalanan waktu, mereka juga menjadi jahat dan suka membangkang, dan mereka dihancurkan oleh Shiva. Karena kekuatannya ini, Shiva memperoleh julukan Tripurantaka (“Penghancur Tripura”). Sebagaimana dengan Lanka (lihat di bawah) dan Atlantis, Tripura dibangun di atas sebuah gunung yang sangat tinggi, bahkan dapat dikatakan bertempat tinggal di langit.
Legenda Hindu yang lain tentang
sebuah kerajaan yang tenggelam yang
merupakan pola dasar dari Atlantis
adalah Lanka, dan diceritakan dengan
lengkap di Ramayana. Cerita
hancurnya Lanka oleh Rama dan
Hanuman merupakan yang dirujuk oleh
Homer dalam Illiad. Sebagaimana
Ramayana menceritakan tentang
Lanka dan penyelamatan Shinta, isteri
Rama yang diculik oleh Rahwana,
Illiad menghitung perusakan Troy dan
penyelamatan Helen yang diculik oleh
Paris. Troy, dengan dinding
perunggunya, dan istana-istana emas
merupakan salah satu dari banyak
kiasan tentang Atlantis. Berkebalikan
dengan desa kecil yang ditemukan oleh
Schielman di Turki, Troy yang
sebenarnya berlokasi di Samudera Luar.
Ia merupakan sebuah kota yang indah
dan tenggelam ke laut setelah
kehancurannya dan terlibat dalam
perang besar dengan Yunani pada
jaman purba. Kesejajaran antara Troy
dengan Atlantis terlalu banyak untuk
diabaikan.dan antara Atlantis-nya Plato
dengan Lanka dalam Hindu, dengan
tegas menunjukkan bahwa ia berada di
Timur Jauh dan di dasar laut, bukan di
wilayah Mediterania, di mana kita harus
mencari Troy yang sebenarnya dan
Atlantis yang sebenarnya.
Mahabharata, cerita klasik Hindu
besar lainya yang melengkapi
Ramayana, menceritakan kekuatan raja
Khrisna dan perusakannya dalam
perang antara Lunar dan Solar
(Kurawa dan Pandawa). Perang besar
ini, seperti Lanka atau Troy, pola dasar
yang sebenarnya yang diambil oleh
Plato dalam sejarah tentang Atlantis.
Hastinapura, kota kerajaan Pandawa,
merupakan “Kota Berpilar”
(Hastinapura) atau “Kota Para Naga”.
Dua julukan ini berhubungan
dengan bangsa Atlantis dan dengan
Pilar Surganya di Timur Jauh.
Mahabharata juga menceritakan Dvaraka, kota Khrisna yang berlokasi
di sebuah pulau di tengah laut. Kota
Khrisna, Dvaraka, tenggelam ke dasar
laut ketika Pahlawan itu mati dalam
perang besar itu, kurang lebih dengan
cara seperti Atlantis, menurut Plato.
Tradisi-tradisi bangsa Dravida
membicarakan tentang sebuah benua
yang sangat luas yang tenggelam ke
arah India Tenggara yang disebut Rutas.
Bangsa Dravida menyatakan telah
berpindah ke India dari benua itu ketika
ia tenggelam ke dasar laut, dalam
sebuah bencana alam besar. Nama
Rutas tampaknya berhubungan
dengan simbol Sansekerta rudh (Si
Merah), dan bahasa Dravida tuta
(Menjadi Merah, Terbakar). Istilahistilah
ini menyatakan “Pulau Api” dan
mungkin sebuah kiasan untuk “Pulau
Si Merah” yang merupakan salah satu
dari banyak nama mistis Atlantis dalam
tradisi-tradisi kuno. Sungguh, bangsa
Dravida menyatakan memiliki
Khsatryias (Prajurit), sebuah kasta
India yang warnanya merah.
Patung kepala raksasa di pulau Paskah. Memberi petunjuk apa? |
Bangsa Phoenicia yang namanya
juga berarti “merah” dalam bahasa
Yunani menyatakan, seperti bangsa
Dravida, berasal dari sebuah “Pulau
Api” berlokasi di Samudera India (atau
E r y t h r a e a n )
diseberang laut.
Itu berarti bahwa
Hindi itu berlokasi
di “Samudera si
Merah”(Srythraean)
ini. Karena itu,
tanah asal bangsa
P h o e n i c i a
tampaknya sama
dengan Rutas
(atau “Pulau Api”)
bangsa Dravida.
Bangsa Mesir
juga menyebut diri
mereka “Si Merah”
(Rot atau Khem,
dalam bahasa
mereka). Dan
mereka juga
m e n y a t a k a n
bahwa berasal dari
“Pulau Api” ini di
India (atau
Erythraean) di
seberang laut.
Apakan seluruh
tradisi-tradisi dari
bangsa-bangsa
luhur ini dusta?
Atau apakah kita
yang keliru menafsirkan dongeng-dongeng
mereka?
Celt, sebagaimana banyak bangsa,
menyatakan telah berasal dari sebuah
daerah di seberang laut yang
tenggelam ke dalam laut dalam sebuah
bencana alam hebat. Paradis ini mereka
sebut dengan banyak nama seperti
“Pulau Kaca” (ynis wydr), “Pulau para
Wanita”,”Avalon”, Emhain, Ys, dan
sebagainya. Legenda tentang
tenggelamnya Ys, khususnya,
berhubungan dengan tenggelamnya
Atlantis dalam bencana vulkanis
sebagaimana yang dilaporkan oleh
Plato. Celt juga menyebut tanah mereka
yang tenggelam dengan nama Cantref
Gwaelod yang berarti “Negeri Bawah”
menurut Jean Merkale, ahli bangsa Celt
yang unggul. Sekarang, ini tepatnya
merupakan arti dari nama Atala, Paradis
Hindu yang tenggelam sebagaimana
yang kami komentari di atas. Atala
merupakan pola dasar dari Atlantis
versi Plato, yang namanya (a-tla) juga
mewujudkan signifikasi yang sama
dalam bahasa Yunani.
Dalam Mabinogion, buku bangsa
Celt, dinyatakan bahwa Celt berasal dari
“pulau Defrobany, Negeri Panas dan
Tanah bangsa Cimmeria”. Sekarang
Defrobany hanya dapat menjadi pulau
Taprobane, sebagaimana banyak Ahli
menyimpulkan. Taprobane yang
penulis-penulis kuno menyamakan
dengan tempat Paradis Bumi dan
jatuhnya Adam tidak lain adalah pulau Sumatera yang sungguh-sungguh
merupakan tempat Atlantis.
Bangsa Cimmeria, yang dianggap
sebagai nenek moyang Celt, merupakan
“rakyat yang sewenang-wenang” yang
Homer menyamakan dengan wilayah
muram Neraka. Mereka menggambarkan
dalam sejumlah tradisi kuno
dan “somber haze” yang menutupi
wilayah mereka sungguh-sungguh
merupakan sebuah rujukan pada awan
vulkanis yang menutupi Atlantis
selama waktu yang lama setelah
kehancurannya. Cimmeria adalah sama
dengan Tartarus yang gelap atau
Erebus (Erebodes=”Kegelapan”)
menurut Hesiod dan Homer, yang
menyamakannya dengan Kegelapan
Kematian. Dalam Homer, Scheria dari
bangsa Phaeacia, sejenis Paradis,
ditempatkan tepat di bawah kabut gelap
gunung Erebus dan sangat
berhubungan dengan analog ciri-ciri
Atlantis.
Bangsa Mesir mengatakan tentang
Hanebut atau Haunebut yang
misterius, sebuah masyarakat yang
hidup di atas Samudera India, di
wilayah Amenti (atau Punt). Nama
Hanebut berarti “Rakyat si kejam” atau
“Rakyat Pilar atau Atlas” (Hau-nabha
dalam bahasa Sansekerta dan Dravida,
akhiran t menandakan kelamin betina
dalam bahasa Mesir). Rakyat yang
masih menjadi teka-teki ini dikatakan
hidup di bawah sebuah haze gelap
dimana cahaya matahari tidak pernah
sampai, sebagaimana di Cimeria.
Sebagaimana untuk Amenti atau Punt,
bangsa Mesir mengakui bahwa wilayah
Hanebut adalah nyata dan benar-benar
dapat dikunjungi, sebagaimana mereka
telah melakukannya. Sebagaimana
yang kami tunjukkan di bagian lain,
Hanebut yang sulit untuk dipahami ini
sungguh-sungguh sama dengan
masyarakat Punt yang, sebagaimana
bangsa Gerzea, menyerbu Mesir Atas
pada jaman Pra-Dinasti, dan yang
kemudian diusir setelah Mesir
disatukan oleh raja Menes. Bukan
mustahil, perang besar prasejarah ini
adalah sama dengan yang disebutkan
oleh Plato sebagai “Perang Atlantis”,
ketika bangsa Mesir dan bangsa Yunani
bersatu untuk mengusir penjajah dari
Atlantis.
Banyak bangsa-bangsa kuno
membicarakan tentang wilayah yang
sama di seberang laut yang tertutup
oleh sebuah haze gelap yang
merupakan asap vulkanis. Sehingga,
Polynesia membicarakan Hawaiki,
sebuah pulau yang luas atau benua, di
atas samudera itu. Hawaiki dikatakan
merupakan tanah asal mereka yang
hancur, di Indonesia, dan
dianggap merupakan
sebuah Paradis yang
sebenarnya sebelum
kehancurannya akibat
sebuah bencana alam
vulkanis yang hebat.
Bencana alam ini
menenggelamkan tanah ini.
Kehancuran Hawaiki
terjadi selama perang besar
itu, sama halnya dengan
kasus Atlantis.
Sisa-sisa Hawaiki,
Paradis orang Polynesia,
menjadi sama dengan
sebuah neraka,
sebagaimana dalam
Legenda Yunani atau
lainnya. Menarik untuk
dicatat bagaimana, dalam
tradisi-tradisi barat, Paradis
dan sisa-sisanya berlokasi
ke arah Asia Timur, di Timur
Jauh dan di Oceania,
kebalikannya adalah benar,
dan ini berlokasi di Barat. Dengan kata
lain, tradisi-tradisi umum sepakat bahwa
Paradis itu berlokasi tidak lain di
Indonesia, “Pusat Dunia” yang
sebenarnya. Indian Amerika –yang
bertempat dalam sebuah posisi
intermediate dibingungkan dengan isu
itu. Bagian pantai dari Pasifik menunjuk
ke Barat, di mana Atlantik menunjuk pada sebuah daerah di atas Samudera
Atlantik dan mungkin selanjutnya
menyebrangi Samudera India juga, di
Indonesia.
Bangsa Romawi, atau pendahulunya,
bangsa Etrusca memiliki tradisi
sehubungan dengan asal mereka dari
seberang laut yang tenggelam ke dasar
laut dalam sebuah bencana alam sesaat
setelah atau selama sebuah perang
besar. Mereka dibawa oleh Aeneas, dan
datang dalam Armada kapal-kapal besar
dari sebuah wilayah di luar Pilar
Hercules. Catatan perjalanan Aeneas
tidak jelas, sebagaimana seringkali
kasus pahlawan-pahlawan dari
Atlantis. Aeneas dikatakan berasal dari
Troy yang tenggelam, memimpin
bangsa Romawi menuju daerah yang
menjanjikan. Kemungkinan lain ia
berasal dari gunung Ida, yang
merupakan Paradis bangsa Yunani dan
Bangsa Roma, dan yang tampaknya
sama dengan Eden dalam tradisi-tradisi
Judeo-Christian.
Satu yang harus diyakini bahwa
Troy yang sebenarnya bukanlah di
Turki sebagaimana para ahli arkeologi
menganggapnya, tetapi di atas
samudera India, sebagaimana jelas dari
teks Homer, Virgil, dan lain-lain. Untuk
memulai dengan Troy ada “di atas
samudera”, yang bukan merupakan
kasus Hissarlik. Yang kedua, ia
merupakan sebuah kota besar, dan
bukan desa kecil yang buruk yang
ditemukan oleh Schielman di Turki.
Ketiga, Troy versi Homer seperti
Aeneas, tapi berlawanan dengan
Hissarlik ada di atas pesisir itu, dan
benar-benar merupakan sebuah
pelabuhan laut yang diserang dari laut
oleh bangsa Yunani. Troy yang
sebenarnya tenggelam ke dasar laut,
dan tidak ditemukan pada tanah yang
kering.
Yang sama adalah “Silicy” yang
benar dari dimana Aeneas meninggalkan
sebuah masa kedua. Ini benar-benar
Thrinicia dari Samudera Luar yang
dikunjungi oleh Odysseus dan
pahlawan-pahlawan kuno lainnya.
Namanya berarti “Trisula”, sebuah
kiasan untuk Gunung Triple Lanka
(Gunung Trikuta) dan benar-benar
bukan Silicy yang berbentuk segitiga.
Hal yang bodoh bagi Virgil jika
menyatakan bahwa Aeneas berangkat
dari Silicy dan menyeberangi Samudera
untuk mencapai Romawi, yang hanya
beberapa kilometer jauhnya.
Sebuah piramid di dasar laut Jepang. Satu masa dengan Atlantis? |
Cerita tentang Thrinicia ini ditransfer
oleh bangsa Yunani dan Romawi pada
Silicy, dengan hasil sebagaimana yang
telah disebutkan. Itu adalah tempat
terjadinya perang yang terkenal antara
Zeus dan Typhon . perkelahian yang
sama diceritakan dalam Veda, sebagai
pertempuran hebat Indra dengan Vritra,
yang bangsa Yunani mengadaptasinya
ke dalam Zeus dan Typhon. Selain itu,
dongeng Hindu diubah ke dalam
pertempuran antara Hercules dengan
raksasa Caccus, dan ke dalam perang
antara para Dewa melawan para raksasa.
Sebagimana di India, pertempuranpertempuran
ini merupa-kan sebuah
kiasan atas perang Atlantis.
Lebih tepatnya, pertempuran-pertempuran
yang disebutkan di atas,
melambangkan Atlantis, dan
peperangan antar-elemen dalam
kemarahan. Atlantis dirusak oleh Api
(Vulkanis) dan Air (Oceanis) dan
kejadian itu secara umum adalah
memperingati Cosmogonic Hierogamy
dari Air dan Api. Di India, Vritra
mewakili element Api, sedangkan Indra
mewakili elemen Air. Di Yunani,
Poseidon (atau Typhon) mewakili
elemen air, sedangkan Zeus dan petirnya
mewakili Api. Pertempuran ini membawa
pada kehancuran dunia dan mulainya
sebuah era baru. Karena itu, kejadian
ini secara umum adalah memperingati
awal tahun baru, sebuah kejadian yang
ekivalen dengan era baru.
No comments:
Post a Comment