Tuesday, June 4, 2013

[Testimonial QLT] - Dalam 2 jam Semua Masalah Selama Hampir 20 Tahun Hilang Begitu Saja





Dalam 2 jam Semua Masalah Selama Hampir 20 Tahun Hilang Begitu Saja

            Di bawah ini adalah testimonial dari workshop Quantum Life Transformation (dan beberapa workshop lainnya) yang pernah di adakan oleh bapak Adi W Gunawan.

       Testimonial-testimonial dan artikel lainnya di blog ini bersumber dari website www.AdiWGunawan.com yang    sebagian sudah tidak ada pada versi web sebelumnya, dan secara personal saya sudah meminta ijin kepada bapak Adi  dan diperbolehkan untuk mempublish ulang beberapa testimonial dan artikel beliau.

Dalam 2 jam Semua Masalah Selama Hampir 20 Tahun Hilang Begitu Saja

“Inside your mind is a relay station, a mission probe into the unknowing.
We send a seed to a distant future. Then we can watch the galaxies growing…
Send your love into the future. Send your precious love into some distant time.
And fix that wounded planet with the love of your healing.
…It’s time to heed your call…”
(Sting-Send Your Love)


Dear Pak Adi
di tempat.

Salam hormat,
Pak Adi yang baik,
Hari ini tepat 10 hari saya menjalani proses post-therapy. I’ve decided to make a 30 days post therapy record to observe the results. Jujur, saya sendiri kaget dengan apa yang saya alami dalam hari-hari belakangan. Ketika saya membaca ulang catatan saya dari hari ke hari saya makin heran bahwa banyak perubahan positif yang sudah saya lakukan.


Hubungan dengan mama memang belum sepenuhnya membaik, tapi saya terus berusaha berkomunikasi dengan baik sekarang. Memang masih ada hal-hal menyakitkan yang saya terima baik dari keluarga maupun lingkungan, tapi saya merasa jauh lebih tenang dalam menghadapi itu semua sekarang. Saya merasa menjadi orang paling beruntung di dunia karena hampir sepenuhnya terbebas dari rasa marah dan tidak puas.
Sudah 1 minggu lebih saya nggak ketemu mama. Malam senin kemarin saya sempatkan untuk ke rumah mama. Setelah terapi, saya coba untuk ‘mengirimkan’ cinta saya pada mama dan almarhum bapak. Lewat meditasi dan shalat saya yakinkan pada kedua orangtua saya bahwa saya sangat mencintai mereka berdua. Saya mohon pada Tuhan untuk menyampaikan rasa ini pada mereka berdua.
Malam itu saya nggak percaya apa yang saya alami. Ketika ketemu mama, dia nampak lebih sehat dan ceria. Saya heran, takjub, sekaligus terharu pak. Waktu saya mau pamit pulang, mama cium dan peluk saya sambil menangis. Mama tanya apakah saya sehat-sehat saja selama ini. Saya cuma bisa mengangguk. Saya nggak tahan pak, saya nangis. Saya peluk mama dan saya bilang saya sehat-sehat saja, dan saya mau mama juga sehat selalu. Sebelumnya saya mimpi dipeluk erat-erat oleh almarhum bapak saya. Almarhum seolah-olah bilang pada saya bahwa dia kangen dengan saya.
Pak Adi,
I don’t know why, but I do believe one thing: I strongly believe that Nature is an unlimited broadcasting station, where God and all the living things speak to every one of us in every single second; if we only will tune in. No matter what language we use, no matter how soundless it may seem, no matter how remote we are; I believe my message is sent. I believe my parents catch a glimpse of my compassion. Maybe not with the “I love yous” like it’s the only thing I can say; but with everything that vibrates from me to them, and with everything that’s treasured in these silent words, where no languages can define nor heard. I’m totally speechless by this wonder, Pak. It is true indeed what has been told by Buddha, Whatever words we utter should be chosen with care for people will hear them and be influenced by them for good or ill.  
Keluhan-keluhan sakit fisik yang saya alami pun sudah banyak sekali berkurang. Asma sudah berkurang sampai 90%, merokok berkurang, makan berkurang, lebih semangat kuliah dan kerja, selalu positive feeling, dan tidur sudah mulai terpola.
Paling malam saya tidur jam 1 atau selambat-lambatnya jam 2. Ini menakjubkan, karena saya biasanya paling cepat tidur jam 4 pagi. Kemudian saya juga merasa tidur lebih nyenyak dan jarang mimpi yang macem-macem. Biasanya saya suka mimpi dikejar-kejar binatang atau orang, mimpi dicekik orang, atau bahkan mimpi mukulin orang. Saya berpikir, mungkin itu semua merupakan manifestasi dari ketidakpuasan, kemarahan, dan kekecewaan saya selama ini.
Saya juga makin jelas dalam mem-visualisasi-kan impian saya. Saya mulai bisa setting goals untuk hidup saya selama 1 tahun ke depan. Kepercayaan diri saya muncul (meski bukan over confidence), dan saya merasa mampu melakukan hampir apa saja.

Saya merasakan semangat yang luar biasa saat menjalani hari demi hari. Beda dengan sebelumnya. Saya lupa cerita sama bapak kemarin, saya pernah coba untuk bunuh diri 2 kali dengan menyilet tangan saya karena putus asa dengan hidup, studi, dan keluarga saya. Sekarang saya tahu, tindakan saya waktu itu bodoh sekali. Andai saya mati tentu orang-orang akan tetap menganggap saya pecundang seumur hidup mereka, tanpa mereka tahu bahwa saya punya potensi besar untuk bisa maju.

Di atas semua itu saya sadar bahwa ternyata prinsip dan dugaan saya selama ini salah. Sebelumnya saya merasa mampu menyelesaikan masalah ini. Bertahun-tahun saya bertahan, padahal sebenarnya saya sedang membunuh diri saya pelan-pelan. Ego dan gengsi saya terlalu besar untuk minta bantuan pada orang lain.
I kept on trying without knowing when to stop and ask for help. Saya jadi malu, ternyata saya sombong sekali jadi manusia. Hanya dalam 2 jam terapi semua masalah saya selama hampir 20 tahun terakhir hilang begitu saja.
Dengan catatan 30 hari ini saya mau coba observe keadaan saya sendiri, melihat bagaimana perkembangan yang saya alami; supaya saya juga bisa koreksi kekurangan saya. Saya terus berharap bisa mempertahankan keadaan ini, bahkan kalau bisa harus lebih maju lagi. Setiap ada perkembangan bagus nanti saya akan kabari Pak Adi.
Minggu ini juga a bit shocking buat saya.
Sudah lama sebenarnya saya kepingin bikin lembaga Pengembangan SDM. Cuma selama ini kepentok trainer, perijinan dan duit. Sebelumnya saat puasa saya ditawari oleh temen untuk meng-handle outbound para anggota dewan Sum-Sel. Saya sempat nggak pede dan tawaran itu saya anggep angin lalu. Lagian logikanya, saya belum punya lembaga resmi, ga punya duit pula. Darimana instansi pemerintah mau percaya kan?
Lha kok 4 hari yang lalu saya ditelpon temen saya itu. Saya dipaksa dan dijamin bahwa proyek ini pasti jalan. Gendengnya lagi, dia pastikan bahwa outbound saya di-ACC. Ternyata temen saya itu pernah mengadakan training berulangkali disana. Masalah lembaga gampang katanya. Semalam tiba-tiba aja saya sudah rapat koordinasi dengan tim trainer yang tiba-tiba aja muncul, padahal nyariin mereka tuh susah banget.
Mereka juga “secara tidak fair” telah menunjuk saja sebagai ketua proyek…(nggak fair soalnya cuma main tunjuk aja. Alasannya: karena postur bodi yang memenuhi syarat. Apaan coba?? ), dan besok antara tgl 10-12 saya mau diajak temen saya untuk ketemuan sama salah satu petinggi dewan Sum-Sel membicarakan masalah outbound ini!
Edan pak! Saya deg-degan sendiri…. Kayanya baru seminggu yang lalu saya ngerasa desperate banget dengan hidup saya. Dalam hati saya pasrah sama Tuhan. Kalau memang rejeki saya ya Alhamdulillah, kalo engga ya Alhamdulillah. Saya jalani aja deh. Saya sudah sangat bersyukur diberi kesempatan ini. Saya nggak mau mikir macam-macam. Soalnya percuma juga, kalo dilogika ya cuma bikin saya nggak bisa tidur lagi.
Saya tambah merinding waktu temen saya bilang bahwa dia menyediakan diri dengan ikhlas untuk menjadi konsultan ekonomi saya. Dia bilang siap bantu saya untuk bikin PT. Haaaahh??? PT?? Kebayang aja enggak pak!
Aduh pak…saya mau ngomong apalagi coba? Bingung saya… Ada senang, ada deg-degan, ada bingung, ada jumpy feeling…
Akhirnya dengan Bismillah saya jalani semua ini… bukan berarti main tabrak ga perhitungan, tapi saya imani aja sebagai salah satu berkah Tuhan pada saya. Masih syukur dikasih proyek. Semoga saja jadi. Uangnya kan bisa buat urus perijinan ya? Sisanya ditabung buat modal QHI dan QLT…hihihi…
Semoga dalam waktu dekat saya bisa punya cukup uang untuk mengurus semua perijinan. Sekali lagi, saya cuma modal dengkul nih pak…  Saya mohon doa dan dukungan dari Pak Adi. Saya masih agak jetlag dengan perubahan yang tiba-tiba ini.
Saya harap secepatnya tahun depan saya bisa mengikuti Training Pak Adi (QLT dan QHI). Kemarin saya sempat ketemu dan ngobrol-ngobrol dengan Om Budi, dia juga semangat betul ikut pelatihan ini. Saya jadi pengen nyusul secepatnya. Hehehe…Setelah saya merasakan manfaatnya kemarin, keinginan saya untuk menolong orang-orang lain makin besar. Saya HARUS membuat hidup saya lebih bermakna baik untuk diri saya sendiri, keluarga, dan orang lain.
Pak Adi,
Terakhir, apa yang akan saya katakan mungkin klise, tapi andai ada kata lain tentu saya sudah ucapkan…. Terimakasih banyak ya pak Adi…
Duh pak, kalo ada bapak di sini pasti sudah saya peluk erat-erat. Saya tau ini semua nggak mungkin terjadi tanpa ada campur tangan Tuhan melalui Pak Adi. I’m blessed to know you…Semoga panjang umur, kesehatan dan kesuksesan selalu dianugerahkan pada bapak. Semoga Tuhan selalu menambahkan ilmuNya pada Bapak, sehingga makin banyak lagi yang bisa bapak lakukan.
My billions of thanks and prayer go for you, Pak Adi.
God Speed, Sadhu.
Warm Hug,


Nunik

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Artikel Acak